(Kilas lagu) Joy Aditya - Wahai Sang Pemimpin

   Berbekal sedikit modal dalam menyusun notasi-notasi di software Fruity Loop, dan berbekal sedikit imajinasi untuk membuat sebuah lagu, akhirnya, setelah berkutat beberapa hari... beberapa jam... sedikit ditambah dengan beberapa menit, dan beberapa detik. Selesai sudah lagu yang aku kasih judul "Wahai sang Pemimpin" ini.

   Lumayan, dalam pembuatannya, sempat terganggu dengan adanya asam lambung yang kumat (keasyikan bikin lagu jadi lupa makan). Yang namanya koyok cabe pun udah nggak tahu habis berapa lembar, begadang sampai subuh. Awalnya, lagu ini pengen dikasih lirik cinta dan dikasih judul "Wahai Tante Cantik (WTC)", tapi setelah dipikir-pikir lagi, nggak jadi deh. Soalnya aku sendiri pun bukan penggemar "tante-tante!" hehehe. 

   Kemudian aku berpikir lagi. Enaknya dikasih judul apa ya!?! Tema cinta... nggak lagi-lagi, ah! Sudah berapa banyak lagu yang bertema cinta di republik ini? Akhirnya setelah liat-liat orang demonstrasi yang diupload di Youtube, aku punya ide! Aku pengen lagu ini jadi bertema sosial... dengan tujuan mesra untuk para pemimpin kita. "Wahai Para Pemimpin", dikasih potongan-potongan klip yang diambil dari hasil liputan televisi / kamera amatir yang dipublikasikan di youtube. Mudah-mudahan, lagu ini bisa jadi sebuah hal untuk mengintropeksi diri kita masing-masing. Bagaimanapun, kalo teringat kata-kata dari JFK, "Jangan bertanya apa yang sudah diberikan untuk negara? Tapi apa yang telah kita berikan untuk negara ini." Oke. Setidak-tidaknya, aku sudah nyumbang lagu deh... hahaha!


Wahai Pak Presiden...
Tolong pimpin kami, pimpin dengan hati
Dengar tangis kami

Kami tlah gelisah... dan kurang percaya.
Mohon engkau tanamkanlah cinta

Wahai Pak Gubernur, wahai Pak Bupati
Pimpin tempat kami, dengan hati bersih.
Jangan kau kacaukan, jaga kepercayaan.
Kami Bukan tambang kekayaan...

Biarkan-biarkan kami bermimpi, tentang warna-warni.
Kalian tinggal membuktikan, pantasnya kalian...

Oh Pak Walikota, engkau bukan Dewa.
Tapi engkau bisa, buat kami bahagia.
Kami yang sengsara, dan kami yang marah...
Tolong engkau redakanlah segera.

Kami Muak dengan kasusmu, yang berderu-deru.
Kami hanya ingin melihat, kalian bermutu....

0 comments:

Posting Komentar